InoaGroup.com - Penentuan awal Ramadhan yang beberapa tahun lalu
mengalami perbedaan hari tentunya membuat beberapa lapisan masyarakat bingung,
meski sebagian lain merasa cuek saja tinggal ikut yang mereka yakini.
Saudara-saudara kita memiliki keyakinan berbeda tentang awal Ramadhan baik
kalangan NU maupun Muhammadiyah, meski Pemerintah melalui Kementrian Agama juga
memberikan keputusan tentang kapan awal Ramadhan dimulai tidak serta merta
membuat kaum Muslim langsung mengikuti awal Ramadhan yang ditentukan Pemerintah
karena mereka memiliki dasar penghitungan sendiri, yang pasti jangan sampai
perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan menjadikan bibit perpecahan bagi umat
Islam di Indonesia. Lantas kenapa bisa terjadi perbedaan dalam menentukan awal
Ramadhan? Ini artikel yang akan membahas tentang sebab mengapa 1 Ramadhan bisa
berbeda, simak ya...
Perbedaan yang terjadi dalam penetapan 1 Ramadhan yang
juga mempengaruhi awal bulan Syawal sebenarnya karena perbedaan cara sistem penghitungan
dan kondisi langit atau ufuk saat rukyah hilal. Jika diingat hampir 3 dekade di
Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soeharto begitu kuat perbedaan itu hampir
tak pernah terjadi, setidaknya tidak kita dengar, mungkin karena wibawa pemerintah
asat itu masih punya otoritas dan kepercayaan. Dalam perhitungan 1 Ramadhan dan
1 Syawal, ada yang memakai Hisab
dengan perhitungan astronomi dan ada yang memakai Ru’yah atau melihat bulan/hilal. Disinilah yang menyebabkan
perbedaan, saudara kita dari Muhammadiyah memakai sistem Hisab, mereka berpendapat
melihat bulan dengan memakai ilmu penghitungan kalendering, jadi 1 Ramadhan
1455, atau di 22 tahun yang akan datang (Ramadhan tahun 2034) sudah bisa
diketahui.
Yang kedua menggunakan sistem rukyah melihat bulan,
itulah saat mulai berpuasa atau berbuka puasa (Idulfitri), sistem ini yang
digunakan kaum Nahdliyin (Nahdlatul Ulama/NU). Pada Ru’yah lokal, tiap penduduk
melihat bulan di wilayahnya masing-masing. Ada pun yang memakai Ru’yah Global
begitu ada minimal 2 orang saksi yang dipercaya melihat bulan, maka itulah awal
Ramadhan atau awal Syawal. Sering terjadi Tim Ru’yah di Indonesia gagal melihat
hilal (bulan muda) disebabkan karena memang langit lagi berawan, atau banyak
partikel cahaya dari bumi yang menyebabkan bulan muda sering tertutup awan. Selain
itu, Jawa yang merupakan pulau terpadat di dunia begitu terang oleh cahaya
lampu-lampu gedung dan rumah-rumah sehingga langit juga terlihat lebih terang akibatnya
sinar-sinar bintang dan bulan terganggu karena terlihat kecil dan redup. Namun
di Arab sebaliknya, disana langit tidak berawan dengan luas darat yang lebih
besar daripada Indonesia (2,4 juta km2) sementara jumlah penduduk hanya 1/5
pulau Jawa, disana banyak daerah tak bertuan yang tidak berlampu, gelap gulita.
Itulah, kenapa langit dan rasi bintang di Arab pada malam hari selalu lebih
indah sehingga langit begitu hitam kelam, sementara bintang-bintang dan bulan
jadi tampak lebih besar (sekitar 4-6x lipat daripada di Indonesia) dan lebih
terang. Oleh karena itu, Hilal lebih mudah terlihat di sana.
Demikian artikel tentang Penjelasan mengapa NU dan Muhammadiyah Sering Berbeda Menentukan 1 Ramadhan, semoga bermanfaat. KAMI BERBAGI KARENA KAMI PEDULI, SHARE ARTIKEL INI JIKA MENURUT ANDA BISA BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN, KLIK TOMBOL SHARE DI BAWAH INI
No comments:
Post a Comment