Nabi Muhammad Pembawa Rahmat

 

Katakanlah (Muhammad) : ’’Jika kamu mengasihi Allah, ikutlah aku (Nabi), niscaya  Allah mengasihi kamu dan mengampuni dosamu. Dan Allah pengampun lagi penyayang ”katakanlah (Muhammad) : ”ikutilah Allah dan Rasul, jika kamu berpaling (tidak hendak mengikuti), sesungguhnya Allah tiada mengasihi orang-orang kafir. (Al Baqarah : 31, 32).

Disajikan oleh :M. Hanafi SWA.

...
...
Cinta mendorong seseorang untuk melakukan apa saja demi menjaga cinta dengan yang dicintai. Bahkan ia rela  mengorbankan apa saja, nyawa sekalipun, demi menjaga cinta. Hal ini merupakan konsekuensi logis dalam cinta. Setiap orang mengetahui tentang hal ini. Tidak terkecuali ungkapan cinta yang  ditujukan kepadsa Allah SWT. Cinta yang tulus, ikhlas karena-Nya, akan menumbuhkan sikap-sikap yang menyebabkan yang dicintai rela. Dan, menjahui segala bentuk sikap yang dibenci oleh yang dicintai. Oleh karena itu, Allah SWT, menyeru kepada seluruh orang yang beriman yang mengaku cinta kepada-Nya agar mereka membuktikan cinta itu, dengan mengetahui Nabi Muhammad SAW, karena itu merupakan perwujudan kesempurnaan cinta seorang hamba kepada Allah SWT.



Pengaruh cinta itu akan nampak ketika terjadi pertentangan antar perintah-perintah dan larangan-larangan Rasulullah SAW, dengan hawa nafsunya, keinginan istri, anak-anak serta segenap manusia yang ada di sekelilingnya. Tetapi jika cinta itu dusta belaka, maka ia pasti akan mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, lalu hanya mengikuti kemauan hawa nafsunya. Oleh karena itu, mencintai Rasulullah mengharuskan adanya ketundukan, pengangungan, keteladanan kepada beliau serta mendahulukan sabda beliau diatas segala ucapan makhluk, berikut mengagungkan dan mengikuti sunnah-sunahnya. Hal itu dilakukan hanyalah semata-semata mengikuti perintah Allah SWT, yang dicintai, berikut rinciannya:



Cinta Menumbuhkan Ketaatan
Taat kepada Rasulullh SAW, merupakan salah satu kewajiban seorang muslim. Taat yang totalitas tehadap apa saja yang diajarkan oleh Nabi. Hal ini telah dinyatakan Allah dalam firman-Nya, yang artinya:”Apa yang dibawa oleh Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.
Allah SWT, menginformasikan kepada hamba-hamba-Nya bahwa orang yang diperintahkan untuk diikuti adalah manusia yang mempunyai akhlak mulia. Orang yang terjaga dari kesalahan dan merupakan perwujudan murni dari ajaran-ajaran Islam. Sehingga siapapun ia, jika perilakunya tidak mencerminkan nilai-nilai akhlak yang ditanamkan oleh Nabi, ia anggap tidak taat kepadanya, berarti sama saja ia tidak taat kepada Allah SWT.
Dalam surat al-ahzab, ayat 21 , Allah SWT, berfirman:yang artinya : ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (Kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. ”Karena itu Allah  memujinya, ”Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
Iman Ahmad menuturkan : Ada seseorang dari Suwad mengatakan, ”Aku bertanya kepada A’isyah semoga Allah meridhahinya, beritahukanlah kepadaku wahai Ummul Mukmin tentang akhlak Rasulullah, ”Lalu dia menjawab, ”Tidakkah kamu membaca al-Qur’an yang artinya ”Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Seseorang tadi bertanya kembali, “Ceritakanlah kepada kami tentang keagungan akhlaknya itu,“ Lalu A’isyah  bercerita ”Pada suatu hari aku pernah membuatkan makanan untuknya, ternyata Hafshah salah satu istri Nabi juga membuatkan makanan untuknya, Lalu aku berkata  pada budakku ”Pergilah, jika Hafshah datang membawa makanan sebelum makananku, maka lemparkanlah makanan itu. Maka Hafshah pun datang dengan membawa makanan dan budak itu pun melemparkannya makanan tadi, sehingga piringnya jatuh dan pecah. Rasulullah SAW, saat itu sudah kenyang, lalu beliau mengumpulkannya dan mengatakan, mintalah pengganti itu kepada Bani Aswad dengan piring lain. A’isyah berkata :”Rasulullah sedikitpun tidak mengomentari tentang hal itu. ”
Arti perkataan A’isyah bahwa al-Qur’an adalah akhlak Rasulullah, beliau telah menjadikan perintah dan larangan al-Qur’an adalah akhlak Rasulullah, beliau telah menjadikan perintah dan larangan al-Qur’an  sebagai tabiat, akhlak dan wataknya. Setiap kali al-Qur’an memerintahkan sesuatu maka beliau pasti mengamalkannya. Dan, kapan saja al-Qur’an melarang sesuatu maka pasti beliau pun meninggalkannya. Di samping itu, Allah telah memerinya akhlak-akhlak yang agung, seperti,  rasa malu yang amat tinggi, murah hati, pemberani, suka memaafkan, lemah lembut dan semua akhlak-akhlak cantik lainnya. Sebagaimana yang telah ditegaskan dalam hadits Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik, ”Aku telah menjadi pembantu Rasulullah SAW, selama sepuluh tahun, namun beliau tidak pernah mengatakan, ”Cis” walaupun satu kali. Dan tidak mengomentari perbuatan ku dengan mengatakan, mengapa kamu lakukan itu? Dan juga tidak mengomentari apa yang belum aku kerjakan ”mengapa kamu belum mengerjakan juga?”.
Beliau adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Beliau  tidak memakai pakaian dari sutra. Tidak ada sesuatu pun yang lebih lembut dari pada telapak tangan Rasulullah SAW. Dan, aku belum pernah mencium wangi-wangian yang lebih wangi dari pada keringat Rasulullah. ”
Masih driwayatkan oleh Imam Ahmad, A’isyah mengatakan : Rasulullah tidak pernah memukul pembantunya dengan tangannya sekalipun. Dan beliau tidak pernah memukul istrinya dan apapun dengan tangannya, kecuali jika terjadi jihad dijalan Allah. Tidaklah beliau diberi pilihan melainkan beliau memilih yang paling mudah dan disukai, termasuk pilihan dosa. Beliau tidak pernah menghukum untuk kepentingan dirinya karena sesuatu yang dilakukan kecuali bila dilanggar iru adalah kehormatan-kehormatan Allah, maka beliau akan menghukum karena Allah SWT.
Betapa mulia dan agungnya akhlak Rasulullah. Itu hanyalah sekedar contoh, agar kita semakin yakin bahwa orang yang mempunyai akhlak mulia dan terjaga dari kesalahan. Pantaslah jika Allah memujinya dan mewajibkan kepada kita untuk meneladani dan taat kepadanya.
Cinta menumbuhkan penghormatan
Wajib bagi setiap muslim untuk memuliakan dan menghormati Rasulullah SAW, sesuai kedudukannya, dengan catatan tidak mengangkatnya hingga samapi derajat ketuhanan.
Mengagungkan beliau adalah mengagungkan segala sesuatu yang terkait dengan beliau, seperti nama beliau, hadits, sunnah, syariat, keluarga dan juga para sahabat beliau.
Termasuk memuliakan Nabi SAW, adalah  tidak lancang terhadap beliau dan tidak megeraskan suara dihadapan beliau. Allah SWT berfirman, yang artinya “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, janganlah kamu berkata padanya dengan suara keras bagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari. ” (QS al-Hujurat:1-2).
Pada ayat di atas Allah SWT, melarang kita mengeraskan suara dihadapan Nabi SAW, bahkan terus merendahkan suara dalam berbicara dengan penuh adab, lembut, hormat, dan penganggungan. Orang yang tidak memperhatikan terhadap hal ini dikhawatirkan amalnya akan gugur tanpa dia sadari. Ini dikarenakan Nabi SAW, adalh lain dari pada yang lain seperti Lazimnya manusia.



RAMADHAN 2014
tags : 
soliriza
solirizafb
Nabi Muhammad Pembawa Rahmat 4.5 5 inoa group Katakanlah (Muhammad) : ’’Jika kamu mengasihi Allah, ikutlah aku (Nabi), niscaya  Allah mengasihi kamu dan mengampuni dosamu. Dan ...


No comments:

Post a Comment

Back to top