Ingin rasanya saya gemakan terus kalimat tauhid ini di hati ini. Saya jaga
jangan sampai ia lepas. Bahwa LAA ILAAHA ILLALLAAH, tidak ada Tuhan
selain Allah. Termasuk di urusan rizki. Tidak ada pemberi rizki kecuali Allah.
Tidak ada rizki selain dari Allah. Tidak ada cara mencari rizki kecuali caranya
Allah. Tidak ada tuhan selain Allah pokoknya.
Saya mau meyakini Kalimat Tauhid ini, supaya enteng hidup saya, tidak kelelahan
di dalam mencari dan menikmati dunia, dan menjadikan Allah sebagai Sentral
Kehidupan saya.
Tidak mudah. Karenanya saya mau bersungguh-sungguh dan berdoa. Memohon taufiq
dan hidayah-Nya.
Saya melihat tidak sedikit manusia yg kelelahan mencari dunia. Sebab yg ia cari
memang dunia. Tiada ia tempuh jalan-2 ibadah yg mengantarkannya kpd Pemilik
Dunia. Saya tdk mau menjadi bahagian dari orang-2 yg kelelahan itu. Saya ingin
kemudahan.
Saya melihat manusia-manusia yang berat hidupnya dengan beban hidupnya. Sebab
ia tidak menshare bebannya itu kepada Allah. Padahal DIA lah Yang Maha
Meringankan.
Saya melihat ada yg menangis padahal Allah Maha Membahagiakan; Ada yg hidupnya
sulit, padahal Allah Maha Memudahkan; Ada yg bermasalah, padahal Allah Maha
Menolong; Ada yg miskin & menderita, padahal Allah bisa menciptakan
kekayaan di hati yg tidak perlu kaya secara dunia; Ada yg kaya, tapi tidak
memiliki keluarga. Keluarganya adalah bisnisnya. Keluarganya adalah
pekerjaannya. Tawa canda anak-2nya milik pembantu-2 & supirnya, lantaran ia
jarang berkumpul sama anak-2nya. Pasangan hidupnya juga adalah
kesibukannya. Subhaanallaah, izinkanlah kami-2 menjadi orang kaya yg
hidupnya senang ya Allah. Senang dunia akhirat. Bahagia dunia akhirat.
Saya melihat ada yg keluarganya berantakan, sementara ia enjoy dgn hal itu,
lalu ia katakan kepada dunia dia mau membentuk keluarga baru yg lebih harmoni;
Ada yg hidupnya pindah berpindah, dari kesenangan yg satu ke kesenangan yg
lain, hingga jiwanya sendiri lelah mengikutinya. Wajahnya ceria, tapi jiwanya
rapuh; Ada manusia yg segalanya ada, tapi penghuni langit tiada mencintainya
& tiada menghargainya. Yg bisa menghormatinya, yg bisa memuliakannya,
adalah manusia-2 yg tiada pernah tahu siapa dia sebenarnya. Dia merasa dunia
digenggamnya. Padahal dunia sedang menghinakannya; Ada yg menge-nal semua
tempat-2 indah, & berkeliling dunia. Tapi hatinya, pikirannya, badannya,
tiada pernah dibawa menikmati shalat-2 malam, bahkan keheningan berduaan dengan
Pemilik Surga di dlm shalat pun tiada dia kenal; Ada pekerja-2 yg mengabdikan
hidupnya untuk kerja & usaha, sehingga sesungguhnya dirinya pun tiada
kebagian jam istirahat dan bersenang-senang bahkan.
Saya melihat tidak sedikit manusia yg justru malah mudah mencari dunia. Tapi ia
kekeringan. Ada selalu yg diambil sebagai tebusan dari mudahnya ia mendapatkan
dunia. Itu saya lihat terjadi sebab kemudahan itu ia dapatkan bukan dengan
mentaati Allah, Tuhannya. Sehingga ia tidak sadar bahwa Allah justru
mengazabnya dengan dunia-Nya.
Saya mengingat analogi maen CATUR yang sering saya sampaikan kepada para
pendengar tausiyah saya, yg sesungguhnya saya sedang memperdengarkannya pada
diri saya sendiri. Kalau kita maen catur BERDUA, maka berlaku aturan permainan
catur. Dimana kuda jalannya L. Peluncur jalannya miring. Pion hanya bisa jalan
maju tidak bisa mundur, & paling banyak hanya bisa jalan dua kotak catur
lurus ke depan. Adapun Raja, bila di depannya, seluruh Pion belum dijalankan,
dan Peluncur serta Menterinya masih ada di kanan kirinya, maka Raja hanya bisa
diam. Tidak boleh ia melompati Raja. Itulah ATURAN CATUR. Tapi itu kalau maen
BERDUA. Bagaimana kalau maen catur SENDIRIAN? Kalau maen catur sendirian, ya
bebaslah maennya. Tidak berlaku hukum permainan catur. Kita boleh menjalankan
Kuda selagu-lagunya. Mau lurus, mau muter-muter, mau lompat, bebas. Peluncur
pun mau kita buat jalannya melompat-2 seperti maen halma, boleh. Bagi Raja,
meskipun seluruh pion belum dijalankan, ia pun boleh melompat dan bebas
bergerak ke sana kemari. Inilah yang terjadi kalau kita maen catur SENDIRIAN.
Dan bila analogi catur ini boleh dibawa ke urusan tamsil tauhid, maka perlu
kita ketahui Allah itu tidak ada sekutu bagi-Nya. Ibarat main catur, ALLAH MAEN
SENDIRIAN DI DUNIA INI. TIDAK ADA YANG LAIN.
Kemudahan ada di tangan Allah. Laa ilaaha illallaah. Tidak ada yg
bisa memberi kemudahan kecuali Allah. Kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, ada
di tangan Allah. Laa ilaaha illallaah. Tidak ada yg bisa memberi
itu semua kecuali Allah. Sama dengan maksudnya itu kalimat; Tidak ada yg bisa
memberikan ragam kesulitan kecuali Allah yg hingga Dia lah yg bisa
melepaskannya kembali. Kehendak itu kehendaknya Allah. Maka saya kepengen Allah
berkehendak memudahkan segala urusan saya. Tapi bila saya menghendaki Allah
memberikan kemudahan buat saya, sudah seharusnya saya menjadi hamba-Nya yang
mau mengikuti segala aturan-Nya, dan siap untuk melaksanakan kewajiban dan
meninggalkan larangan-Nya. Saya tidak menjamin diri saya sendiri, bahwa ia akan
mendapatkan segala kemudahan apabila Allah tidak saya ikuti. Rasul pun
demikian. Ia tidak sanggup menjamin dirinya dan anak keturunannya masuk surga
bila tiada ketaatan dan amal salih.
Bila Allah sudah mengatur, maka Kun Fayakuun-Nya yg
terjadi. Kuasa-Nya yg terjadi. Karena Dia lah Laa ilaaha illallaah.
Tidak ada yg mengatur dunia ini kecuali Allah. Saya sangat sangat bersedia
untuk diatur. Sebab saya tahu dan meyakini, dgn sabab ilmu yg diteteskan-Nya
pada saya, melalui pengajaran para guru, para orang tua, lewat berbagai media,
bahwa kalau Allah sudah mengatur, maka aturan-Nya itulah yg terbaik. Laa
ilaaha illallaah. Tidak ada aturan yg terbaik kecuali apa-2 yang sudah
Allah aturkan.
Laa ilaaha illallaah. Tidak ada Tuhan selain Allah. Tidak ada pemain di
dunia ini, kecuali Allah, yg memainkan seluruh peraturan, sebab peraturan
adalah peraturan-Nya, dan segala kuasa adalah Kuasa-Nya.
Dgn berpikiran seperti ini, yg harus saya lakukan adalah menyadari semua itu,
pasrah berserah diri untuk ikut di dlm aturan-Nya dan mengikutinya sepenuh hati
dgn kekuatan penuh. Tidak setengah-setengah. Laa ilaaha illallaah.
Tidak ada kehidupan kecuali untuk-Nya.
Saya melihat, kegagalan para pencari dunia, baik di tahapan mencari dunia, atau
di tahapan menikmati dan mengelola dunia, adalah aktifitasnya tidak dia lakukan
karena Allah dan untuk Allah. Andai dia punya visi misi li i’laa-i
kalimaatillaah, untuk meninggikan kalimat Allah, maka tidak ada pernah
kegagalan baginya…
Sampe sini,
SAYA MEMBACA ULANG TULISAN INI. Tulisan yang dijadikan esai-esai Kuliah Tauhid
di KuliahOnline Wisatahati.
Ya, saya membaca ulang apa yang saya tulis. Dari atas, sampai bait
ini.
SAYA TIDAK PERCAYA YANG SAYA TULIS. Benarkah yang saya tulis ini?
Sehebat itukah tauhid saya? Tambah ga percaya lagi, bahwa saya sedang mengajar
lewat esai ini, Kuliah Tauhid kepada seluruh peserta KuliahOnline.
Adduh, andai benar, saya benar-benar memohon Allah menjadikannya menjadi
bait-bait doa agar apa yg tertulis menjadi kenyataan. Allah bimbing saya untuk
mencari dunia dengan baik, dan memanfaatkannya dengan baik untuk kepentingan
agama-Nya, dan hanya di jalan-Nya. Allah bimbing saya untuk senantiasa
mensyukuri segala nikmat, dan meyakini bahwa Laa ilaaha illallaah,
tidak ada sesuatu yang harus dikejar kecuali diri-Nya semata. Yang dgn demikian
tidak seharusnya pencarian dunia, berhenti di sebatas mencari dunia itu saja.
Terus dikonsentrasikan di pembesaran asma-Nya, di perbesaran manfaatnya.
SAYA MELIHAT DIRI SAYA. Ya, saya melihat saya! Saya masuk ke kehidupan
saya… Dan saya menemukan diri ini masih jauh dari tulisan di atas. Teramat
jauh. Jauuuuuuuuuuhhhh…
Duh, apa sanggup saya menuliskannya lagi bait-bait yang masih menari di
hati ini?
Saya ingin berteriak kepada diri saya, tunjukkan kalau Anda benar!
Lagi. Saya melihat diri saya lagi. Wuh, benar! Jauh. Lihat saja. Allah
memanggil saya. Memanggil dengan azan. Lihat, saya tidak bergeming. Apakah ini
yang disebut Laa ilaaha illallaah? Tidak ada urusan --harusnya--
kecuali urusan-Nya Allah yang harus lebih kita urus? Nyatanya, saya masih
menomorduakan panggilan Allah.
Saya tahu Allah bakal datang. Sebab waktu shalat betul-betul sebentar
lagi datang. Tapi saya malah masih nulis, bukan siap-siap menyambut
kedatangan-Nya. Dan tidak pagi tidak siang tidak malam, di setiap waktu shalat,
saya tahu jadwal shalat. Lalu, bukannya malah menunggu kedatangan
Allah, malah jadi Allah yang menunggu saya!
Duh duh duh, lebih pantas rasanya saya menangisi diri ini.
Wahai Kamu! (Begitu saya seharusnya menunjuk hidung saya sendiri
dengan jari). Kalau Kamu benar tauhidnya, perlakukan Allah
dengan benar. Perhatikan DIA. Tegakkan tauhid dalam kehidupan Kamu! Jangan ada
yg laen di hati Kamu, kecuali Allah. Jika ada urusan dunia, lalu Allah datang
memanggil, ya segera tinggal saja. Tidak ada yang lebih penting di dunia ini
kecuali menegakkan shalat. Maka bahagian menanti berkumandangnya azan adalah
hal yang mestinya menjadi hal yang luar biasa.
Saya ingin berteriak kepada diri saya, buktikan kalau Anda benar! Benar
tauhidnya. Benar sudah mengatakan Laa ilaaha illallaah. Nyatanya?
Belum tuh. Loh loh loh… Ntar dulu...
Sebenarnya, sedang dialog sendirian, nengajar… Atau sedang menulis
sih?
Maaf wahai tanganku, saya sedang berdialog dengan diri sendiri. Biarkan.
Biarkan ia terus menulis sekenanya. Sesukanya.
Ya. Saya melihat saya. Jauh benar dari menjadikan Allah sebagai tujuan
hidup. Ketika mencari dunia, mau bersusah payah. Tapi giliran beribadah,
gampang benar teriak lelah. Shalat sunnah tidak dipaksakan untuk ditegakkan.
Shalat berjamaah tidak dipaksakan untuk dikejar di shaf yang pertama. Kehadiran
diri tidak digunakan untuk kepentingan sesama. Setidaknya belum dimaksimalkan
potensinya untuk ditujukan pada sebesar-2nya kepentingan sesama, dan agama.
Keluarga masih terabaikan.
Kurangnya… banyak.
Itulah. Saya melihat saya.
Tapi, Laa ilaaha illallaah.
Tidak ada yang mengajarkan ilmu dan memberikan kesempurnaan langkah
kecuali Allah. Maka saya menghibur diri ini, Laa ilaaha
illallaah. Biarlah Allah membimbing saya terus, sehingga bisa menjadi
hamba-Nya yg sesuai dgn apa yg digariskan-Nya.
Ah dunia. Saya tulis buku ini agar saya tidak susah mencari kamu wahai
dunia. Tapi saya ingatkan juga diri saya, bahwa kamu itu tidak penting. Laa
ilaaha illallaah. Tidak ada yang lebih penting kecuali Allah.
Saya tulis buku ini, sebab kasihan melihat diri saya yang sering
kesusahan mencari dunia untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan diri. Tapi
betapapun, saya hidup di dunia ini. Rasul pun mengajarkan doa agar kita memohon
kepada Allah agar Allah membaguskan dunia kita sebab di sini kita hidup. SAYA
BERTUHAN ALLAH. MENGAPA setelah tuhan saya adalah Allah, dan Allah adalah
pemilik segala apa yang ada di dunia ini, LALU HIDUP SAYA TETAP SUSAH? Atau
merasa susah? Itu tandanya saya belum benar-benar bertuhan Allah. Itu saja.
Eh saya, ayo maju terus! Sempurnakan terus ilmu dan ikhtiarmu. Jangan
lupa terus memohon bimbingan dari Allah.
Udah mau shubuh tuh. Ayo mandi. Siap-siap menuju masjid. Katakan kepada
dunia, bahwa kamu mau shalat shubuhan dulu. Kalau shalat shubuh sudah tidak
disiplin, jangan harap ini menjadi awal hari yang baik, untuk dunia kamu, untuk
urusan permasalahan kamu, untuk segala hajat kamu…
No comments:
Post a Comment