Pengurus Pusat Muhammadiyah
menetapkan awal Ramadhan jatuh pada hari Jumat 27 Juni 2014. Penentuan ini
berdasarkan pada perhitungan ilmiah.
Menurut Muhammadiyah, konjungsi atau
dalam istilah bahasa Arabnya adalah ijtima’ dijadikan landasan untuk menentukan
awal bulan termasuk permulaan Ramadhan. Thierry mengatakan dari perhitungan
melalui teropong dengan melihat posisi bulan, matahari dan bumi maka konjungsi
akan terjadi pada 27 Juni 2014 pukul 15.10 WIB.
Berdasarkan ijtimak jelang bulan
Ramadhan 1435 H, terjadi pada hari Jum’at Pahing tanggal 27 Juni 2014 pukul
15:10:21 WIB. Ijtimak ini terjadi pada momen yang sama untuk seluruh muka
bumi, hanya saja jamnya tergantung pada jam di tempat bersangkutan.
“27 Juni menurut Muhammadiyah adalah
awal malam pertama Ramadhan,” kata ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin di
gedung PP Muhammadiyah, Jl Menteng Raya, Jakarta, Selasa (29/4/2014).
Hal tersebut disampaikan Din dalam
acara diskusi bertajuk ‘Astrofotografi sebagai Rukyat Bil ‘ilmi untuk membahas
penghitungan awal bulan secara ilmiah’. Diskusi ini mendatangkan ahli astronomi
dari Perancis Thierry Legault. Thierry menggunkan teropong dan teknologi
digital teranyar untuk mengamati posisi bulan dan benda-benda langit lainnya.
Jika menurut jam WIB (Waktu
Indonesia Bagian Barat), ijtimak terjadi pada pukul 15:10:21 berarti sama
dengan pukul 11:10:21 Waktu Arab Saudi (WAS) karena selisih waktu WIB dengan
Arab Saudi 4 jam. Dengan ijmak ini berarti kriteria pertama sudah terpenuhi,
tinggal menguji kriteria kedua dan ketiga.
Kriteria kedua dengan mudah
diketahui karena kalau ijtimak terjadi pada pukul 15:10:21 WIB sudah dapat
dipastikan terjadi sebelum terbenam matahari pada hari tanggal tersebut. Terbenam
matahari di Yogyakarta pada hari itu pukul 17:33:01 WIB. Umur bulan pada saat
itu 02 jam 22 menit 40 detik.
Kriteria ketiga, juga sudah
terpenuhi karena berdasarkan perhitungan tersebut, pada saat terbenam matahari
di Yogyakarta tanggal 27 Juni 2014 itu bulan masih di atas ufuk dengan
ketinggian 0° 31′ 17″ artinya pada saat terbenam bulan belum terbenam, jadi
hilal sudah wujud.
Dengan demikian, lanjut penjelasan situs Muhammadiyah Kota Bekasi, keseluruhan kriteria yang diperlukan sudah terpenuhi, dan karena ketiga kriteria yang diperlukan sudah terpenuhi, maka ditetapkanlah tanggal 1 Ramadhan 1435 H dimulai pada saat terbenam matahari tanggal 27 Juni 2014, dan konversi dengan kalender Masehi ditetapkan pada keesokan harinya yaitu tanggal 28 Juni 2014. Itulah sebabnya maka Muhammadiyah menetapkan tanggal 1 Ramadhan 1435 H jatuh pada hari Sabtu Pon 28 Juni 2014. (dakwatuna/hdn)
Sementara itu, Din juga menyampaikan hal ini mungkin akan bisa berbeda dengan perhitungan menurut NU dan pemerintah. Menurut Din, NU dan pemerintah menentuan awal bulan tak hanya pada ijtima’ namun juga harus memenuhi syarat imkanurrukyah, di mana posisi matahari terbenam lebih dari 2 derajat.
“Karena waktu matahari terbenam setengah derajat, maka kemungkinan akan menambah 1 hari. Maka baru shalat tarawih perdananya 28 Juni,” ucap Din.
Din berharap, melalui teknologi, perbedaan penentuan awal bulan akan teratasi. Sebab setelah melalui berbagai landasan dalil belum juga ada titik temu, teknologi adalah satu-satunya alasan yang dinilai dapat menyatukan perbedaan itu.
“Saya kira penentuan ini bertanggungjawab, ada perhitungan ilmiahnya. Saya termasuk yang berdamba sekali ada persamaan,” Din Syamsuddin menambahkan.
RAMADHAN 2014
tags :
soliriza
solirizafb
No comments:
Post a Comment